1. Kutu Kebul (Bemisia
tabaci)
Ordo : Hemiptera; Famili :
Aleyrodidae; Genus : Bemisia; Species : tabaci. Mound dan
Halsey (1978) melaporkan, bahwa Genus Bemisia
mempunyai 37 spesies yang diduga berasal dari Asia.
Morfologi /Bio-ekologi
Telur
berbentuk lonjong agak lengkung seperti pisang, berwarna kuning terang,
berukuran panjang antara 0,2 - 0,3 mm. Telur biasanya diletakkan di
permukaan bawah daun, pada daun teratas (pucuk). Serangga betina lebih
menyukai daun yang telah terinfeksi virus mosaik kuning sebagai tempat untuk
meletakkan telurnya daripada daun sehat. Rata-rata banyaknya telur yang
diletakkan pada daun yang terserang virus adalah 77 butir, sedangkan pada daun
sehat hanya 14 butir. Lama stadium telur rata-rata 5,8 hari.
Nimfa terdiri atas tiga
instar. Instar ke - 1 berbentuk bulat telur dan pipih, berwarna kuning
kehijauan, dan bertungkai yang berfungsi untuk merangkak. Nimfa instar ke
- 2 dan ke - 3 tidak bertungkai, dan selama masa pertumbuhannya hanya melekat
pada daun. Lama stadium nimfa rata-rata 9,2 hari.
Imago
atau serangga dewasa tubuhnya berukuran kecil antara (1 - 1,5 mm), berwarna
putih, dan sayapnya jernih ditutupi lapisan lilin yang bertepung.
Serangga dewasa biasanya berkelompok pada bagian permukaan bawah daun, dan bila
tanaman tersentuh biasanya akan berterbangan seperti kabut atau kebul putih
(Gambar 5). Lama siklus hidup (telur - nimfa - imago) kutu kebul pada
tanaman sehat rata-rata 24,7 hari, sedangkan pada tanaman terinfeksi virus
mosaik kuning hanya 21,7 hari.
Gejala Serangan
1.Kerusakan langsung pada
tanaman disebabkan oleh imago dan nimfa yang mengisap cairan daun, berupa
gejala becak nekrotik pada daun akibat
rusaknya sel-sel dan jaringan daun.
2. Ekskresi
kutu kebul menghasilkan madu yang merupakan media yang baik untuk tempat
tumbuhnya embun jelaga yang berwarna hitam. Hal ini menyebabkan proses fotosintesa tidak berlangsung
normal.3.Selain
kerusakan langsung oleh isapan imago dan nimfa, kutu kebul sangat berbahaya
karena dapat bertindak sebagai vektor virus. Sampai saat ini tercatat 60 jenis
virus yang ditularkan oleh kutu kebul antara lain : Geminivirus, Closterovirus,
Nepovirus, Carlavirus, Potyvirus, Rod-shape DNA Virus.
Tanaman Inang
- Kutu kebul merupakan hama yang sangat polifag menyerang berbagai jenis tanaman, antara lain tanaman hias, sayuran, buah-buahan maupun tumbuhan liar atau gulma.
- Tanaman inang utama kutu kebul sekitar 67 famili yang terdiri atas 600 spesies tanaman (Asteraceae, Brassicacea, Cucurbitacea, Solanaceae, dll).
- Beberapa contoh tanaman budidaya yang menjadi inang kutu kebul antara lain tomat, cabai, kentang, mentimun, terung, kubis, buncis, selada, bunga potong Gerbera, ubi jalar, singkong, kedelai, tembakau, lada; dan tanaman liar yang paling disukai adalah babadotan (Ageratum conyzoides).
Daerah Penyebaran
Kutu kebul diduga berasal dari
Asia. Pada tahun 1938 dilaporkan menyerang tanaman tembakau di Sumatera Utara,
dan pada tahun 1994 dilaporkan menyerang tanaman cabai di sentra produksi di Pulau Jawa.• Penyebaran di berbagai negara di dunia,
telah tercatat seperti di Asia 37 negara; Afrika 39 negara; Eropa 26 negara;
Amerika 30 negara; dan di Oceania 14 negara.
Pengendalian Di lapangan :
a. Kultur teknis
- Menanam pinggiran lahan dengan tanaman jagung atau bunga matahari sebagai barier dan memperbanyak populasi agens hayati;
- Pergiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman bukan inang virus (terutama bukan famili Solanaceae seperti tomat, cabai, kentang dan Cucurbitaceae seperti mentimun). Pergiliran tanaman harus per hamparan, tidak perorangan, serentak dan seluas mungkin;
- Sanitasi lingkungan, terutama mengendalikan gulma daun lebar babadotan dan ciplukan yang dapat menjadi tanaman inang virus;
- Tumpang sari antara tanaman sayuran, cabai atau tomat dengan tagetes untuk mengurangi risiko serangan;
b. Fisik / mekanis
Pemasangan
perangkap likat berwarna kuning (40 buah per ha);
Pemasangan
kelambu di pembibitan sampai di pertanaman, terutama saat populasi
tinggi/musim kemarau dan di daerah serangan virus;Sisa tanaman terserang dikumpulkan
dan dibakar.
c. Pemanfaatan
musuh alami
•Kumbang
predator Menochilus sexmaculatus (Coccinelidae), mampu memangsa 200 -
400 ekor nimfa kutu kebul . Siklus hidup predator 18 - 24 hari, dan satu
ekor betina mampu menghasilkan telur 3000 butir;
•Tabuhan
parasitoid nimfa Encarcia formosa
serangga betinanya mampu menghasilkan telur sebanyak 100 - 200
butir;
Cara pelepasan E.
formosa :
untuk tanaman cabai/tomat : 1 ekor E. formosa setiap
4 tanaman/minggu, dilakukan selama 8 - 10 minggu;
untuk tanaman mentimun : 1 ekor E. formosa
setiap 2 tanaman/minggu, dilakukan selama 8 - 10 minggu;
Untuk meningkatkan musuh alami dilapangan
diperlukan pelepasan parasitoid dan predator secara berkala
d. Cara
kimiawi
·
Dalam hal cara lain tidak dapat menekan populasi hama,
dapat digunakan insektisida yang efektif (pada prinsipnya agar mengikuti
ketentuan seperti yang diuraikan pada halaman 32 butir d), terdaftar dan
diizinkan Menteri Pertanian RI, antara lain yaitu Applaud 10 WP (buprofesin
10%), Confidor 5 WP (imidakloprid 5%), Mitac 200 EC (amitraz 200 g/l), dan
Orthene 75 SP (asefat 75%);
·
Penyemprotan diusahakan mengenai daun bagian bawah.
Perlu dihindari penggunaan pestisida secara berlebihan, karena dapat mendorong
meningkatnya populasi hama;
·
Penggunaan pestisida nabati Nimba, Tagetes, Eceng Gondok,
atau Rumput Laut untuk mengendalikan kutu kebul.
·
Untuk mendukung keberhasilan usaha pengendalian,
diperlukan peran aktif para petani dalam mengamati perkembangan populasi kutu
kebul mulai di pembibitan sampai pertanaman. Usaha pengendalian akan
efektif apabila dilaksanakan secara serentak pada satu hamparan, tidak
perorangan dalam skala yang sempit.
Di
rumah kaca
a. Pengendalian biologi
Kalau
memungkinkan dilakukan pelepasan serangga tabuhan E. formosa sebagai
parasit nimfa sebanyak 5 ekor/tanaman tomat; dan kumbang predator M.
sexmaculatus;Tingkat parasitasi mencapai 40 - 50 %, dan daerah sebarnya di
Pulau Jawa dan Bangka (Kalshoven, 1981);Parasit nimfa E. formosa sangat peka
terhadap insektisida;
b. Pengendalian fisik / mekanik
Sisa tanaman terserang
dimusnahkan /dibakar di tempat terpisah/khusus supaya tidak
menjadi sumber penularan ke tanaman lain;Pemasangan perangkap likat
kuning baik jumlah maupun ketinggiannya disesuaikan dengan luas rumah
kaca dan keadaan pertanamannya;
c. Pengendalian kimia
Untuk pengendalian kutu kebul
dewasa pada kondisi populasi tinggi, dapat dilakukan pengasapan dengan
insektisida kimia sintesa efektif dan diizinkan Menteri Pertanian, antara lain
Mitac 200 EC (amitraz) yang dapat diaplikasikan dengan fogger (campuran larutan
semprot solar); sedangkan Applaud 10 WP (buprofesin 10%), Confidor 5 WP
(imidakloprid 5%), dan Orthene 75 SP (asefat 75%) tidak dianjurkan digunakan
dengan larutan semprot solar; Pada kondisi populasi rendah, dapat
digunakan pestisida nabati Nimba, Tagetes, Eceng Gondok, atau Rumput Laut untuk
mengendalikan kutu kebul.
Pencegahan Selanjutnya perlu dijaga jangan sampai terjadi
serangan baru kutu kebul ke dalam rumah kaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar