Translate

Jumat, 12 Juli 2013

HAMA UTAMA PADA CABE / CABAI : Trips Cabai, Thrips parvispinus (Karny.)

2. Trips Cabai, Thrips parvispinus (Karny.)

Ordo : Thysanoptera ; Famili : Thripidae

Gejala serangan
Dampak langsung serangan : Gejala awal pada permukaan bawah daun berwarna keperak – perakan mengkilat, dan pada serangan lanjut daun akan berwarna coklat, hingga proses metabolisme akan terganggu. Selanjutnya pada daun akan menjadi keriting dan keriput . Pada serangan berat, daun, pucuk serta tunas menggulung ke dalam dan timbul benjolan seperti tumor dan pertumbuhan tanamanterhambat, kerdil bahkan pucuk mati. Serangan pada buah menimbulkan bercak – bercak kecoklatan pada pangkal buah, sehingga kualitas buah sangat menurun. 
Dampak secara tidak langsung : Trips merupakan vektor penyakit virus mosaik dan virus keriting. Gejala serangan awal timbul akibat hama menghisap cairan permukaan bawah daun dan atau bunga ditandai oleh bercak – bercak keperakan mengkilat, daun akan menjadi keriting atau keriput. Jika serangan terjadi pada awal pertanaman maka akan terjadi gejala fatal berupa penyakit kerdil (dwarfing) dan pada akhirnya layu dan kemudian akan mati.

Tanaman inang lain
Hama ini bersifat kosmopolit dan polifag, dengan tanaman inang utama sayuran dari keluarga bawang (Allium spp.), keluarga Solanaceae (kentang, tomat, dan terung), Brassica (kubis), kacang – kacangan. Tanaman
inang lain selain sayuran yaitu tembakau, kapas, krisan, dan berbagai tanaman hias, dan buah – buahan (pepaya,jeruk, dan melon) 

Morfologi/Bioekologi
Imago berukuran sangat kecil sekitar 1 mm, berwarna kuning sampai coklat kehitaman. Imago yang sudah tua berwarna agak kehitaman, berbercak – bercak merah atau bergaris – garis. Betina mempunyai 2
pasang sayap yang halus dan berumbai/jumbai seperti sisir bersisi dua. Pada musim kemarau populasi lebih
tinggi dan akan berkurang bila terjadi hujan lebat. Umur stadium serangga dewasa dapat mencapai 20 hari.
Telur berbentuk oval/seperti ginjal rata – rata 80 butir per induk. Telur berbentuk oval/seperti ginjal rata –
rata 80 butir per induk, diletakkan di permukaan bawah daun atau di dalam jaringan tanaman secara terpencar,akan menetas setelah 3 – 8 hari. Nimfa berwarna pucat, putih/kekuningan, instar 1 dan 2 aktif dan tidak bersayap . Nimfa yang tidak aktif berada di permukaan tanah sekitar tanaman. Perkembangan pupa menjadi trips muda meningkat pada kelembaban relatif rendah dan suhu relatif tinggi. Daur hidup sekitar 20 hari, di dataran rendah 7 – 12 hari, Hidup berkelompok.

Pencaran
Di dunia hama ini untuk sementara hanya terdapat di benua Eropa dan Asia. Di Indonesia hama ini di
laporkan terdapat hampir di seluruh wilayah antaralain di pulau Sumatera, Jawa, Bali, NTB, NTT, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya.

Pengendalian
a. Kultur teknis
- Menggunakan varietas tahan seperti varietastanjung 2 
- Penggunaan mulsa perak di dataran tinggi, dan jerami di dataran rendah untuk mengurangi infestasi serangga pengisap daun dan mengurangi gulma.Penggunaan mulsa plastik perak di guludan dapat menghalau serangan Trips karena adanya refleksi cahaya matahari yang dipantulkan mulsa, sehingga menunda serangan Thrips yang biasanya terjadi pada umur 14 hari setelah tanam (hst) menjadi 41 hst, selain itu juga mulsa plastik dapat menghalangi Trips mencapai tanah pada saat akan menjadi pupa. - Populasi hama biasanya meningkat pada musim kemarau pada kondisi cuaca kering. Thrips tidak menyukai kondisi lingkungan yang lembab. Pengairan yang cukup merupakan salah satu cara pengendalian yang tepat untuk Thrips. Misalnya
mempertahankan permukaan air diparit pada ketinggian 15 – 20 cm dari permukaan bedengan
untuk menciptakan kondisi lingkungan yang lembab disekitar tanaman.

b. Fisik/Mekanis
- Membakar sisa jerami/mulsa yang dipakai selama pertanaman.
- Mengambil Trips dengan menggunakan kapas/Cotton bud,
- Penggunaan perangkap likat warna biru, putih, atau kuning, sebanyak 40 buah per hektar atau 2 buah per 500 m2 dipasang di tengah pertanaman dengan ketinggian + 50 cm (sedikit di atas tajuk tanaman) sejak tanaman berumur 2 minggu. Setiap minggu perangkap diolesi dengan oli atau perekat.
- Menanam tanaman penghalang (barrier) misalnya jagung di sekeliling pertanaman cabai (5-6 baris) dengan jarak tanam rapat 15 – 20 cm yang di tanam 2 – 3 minggu sebelum tanam cabai untuk mengurangi masuknya Trips ke lahan pertanaman. Tanaman border lainnya antara lain tagetes, orok – orok, dan kacang panjang,
- Tumpang sari tanaman cabai dengan kubis atau tomat dapat menekan populasi T. parvispinus, B.
tabaci dan B. dorsalis dan pengaturan jarak tanam yang tidak terlalu rapat.

c. Biologi
- Pemanfaatan musuh alami predator kumbang Coccinella rapanda, Menochilus sexmaculatus, Amblyseius cucumeris, Paederus fuscipes, Orius minutes, Chilomenes sexmaculatus, Chilocorus nigrita, dan Scymnus latermacullatus. Jamur patogen Verticillium lecani (konsentrasi 3 x 108 spora/ml) dan Entomophthora sp.

d. Kimia
- Jika saat pengamatan ditemukan 0,7 ekor kutu daun /tanaman contoh (7 ekor nimfa/10 daun) atau persentase kerusakan oleh serangan hama pengisap telah mencapai 15% per tanaman contoh dianjurkan menggunakan pestisida kimia sintetik yang terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian, misalnya yang berbahan aktif abamectin, spinosad, imidakloprid, karbosulfan dan diafentiuron.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar