Translate

Jumat, 23 Agustus 2013

Kutu Daun (Myzus persicae)



Ordo : Homoptera; Famili : Aphididae

Gejala serangan
Pada tanaman kentang, kutu daun lebih berperan sebagai pembawa virus daripada sebagai serangga hama.
Dampak langsung serangan : Gejala awal berupa bercak kering pada daun dan menyebabkan tanaman mengering, keriput, tumbuh kerdil, warna daun kekuningan, terpelintir, layu dan mati. Kutu biasanya berkelompok di bawah permukaan daun, menusuk dan menghisap cairan daun muda serta bagian tanaman yang masih muda (pucuk). Eksudat yang dikeluarkan kutu mengandung madu, sehingga mendorong tumbuhnya cendawan embun jelaga pada daun yang dapat menghambat proses fotosintesa. Kerugian yang ditimbulkan oleh kutu daun persik sebagai hama langsung maupun sebagai vektor virus dapat mencapai 25 – 90%.
Dampak secara tidak langung : kutu daun merupakan vektor lebih dari 150 strain virus, terutama penyakit virus menggulung daun kentang (PLRV) dan PVY (Potato Virus Y).
Tanaman inang lain
Hama ini bersifat polifag, dengan lebih dari 40 famili yang berbeda yang menjadi inangnya, antara lain famili Brassicaceae, Solanaceae, Poaceae, Leguminosae,
Cyperaceae, Convolvulaceae, Chenopodiaceae, Compositae, Cucurbitaceae and Umbelliferae. Inang lainnya selain kentang antara lain kubis, tomat, tembakau, petsai, sawi, terung, ketimun, buncis, semangka, jagung, jeruk, dan kacang – kacangan.

Morfologi/Bioekologi
Di Indonesia serangga ini tidak bertelur tetapi melahirkan nimfa (kutu daun muda/pradewasa). Kutu daun umumnya hidup dalam koloni pada bagian tanaman yang masih muda. Kutu daun tinggal pada bagian bawah daun, batang bunga, bakal bunga dan dalam lipatan daun yang keriting. Kerusakan terjadi karena nimfa dan imago mengisap cairan daun. Tubuh nimfa berwarna kuning pucat, hijau, merah jambu, atau merah yang biasanya bercampur di dalam suatu koloni dengan panjang tubuh instar terakhir 0,8 –1,0 mm. Fase dewasa kutu daun ada dua bentuk, yaitu bentuk bersayap/alatae dan bentuk tidak bersayap/apterae. Imago bersayap biasanya muncul kalau populasi sudah padat dan sumberdaya yang ada tidak mendukung lagi. Mereka berperan untuk melakukan pemencaran. Tubuh imago bersayap berwarna hitam atau abu – abu gelap, sementara yang tidak bersayap berwarna merah, kuning atau hijau. Panjang tubuh 2 mm; pada fase dewasa kutu daun ini panjang antena = panjang tubuh. Tubuh imago tidak bersayap berwarna hijau keputihan, kuning hijau pucat, abu - abu hijau, agak hijau, merah atau hampir hitam. Warna tubuh hampir seragam dan tidak mengkilap. Imago bersayap memiliki bercak pada bagian punggunggnya, ukuran panjang tubuh antara 1,2 – 2,1 mm. Siklus hidup 7 – 10 hari, dan seekor kutu dapat menghasilkan keturunan 50 ekor. Lama hidup kutu dewasa dapat mencapai 2 bulan.

Pencaran
Di dunia hama ini telah dilaporkan telah berada dibenua Asia, Afrika, Eropa, Oceania dan Amerika. DiIndonesia hama ini terdapat di pulau Sumatera, Jawa,
Bali, NTB, NTT, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya.

Pengendalian
a. Kultur Teknis
- Pemupukan yang berimbang, pupuk N (200 kg/ha Urea + 400 kg/ha ZA), P2O5 (250 kg/ha TSP) dan K2O (300 kg/ha KCL),
- Sanitasi dan pemusnahan gulma dan bagian tanaman yang terserang dengan cara dibakar,
- Tumpang sari kentang dengan tanaman bawang daun dapat menghadang serangan M. persicae, dan tanaman cabai atau tomat dengan tegetes untuk mengurangi risiko serangan,
- Menanam pinggiran lahan dengan tanaman jagung, tagetes, orok – orok dan kacang panjang sebagai barier dan memperbanyak populasi agens hayati (terutama pada tanaman cabai),
- Pergiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman bukan inang virus (terutama bukan famili Solanaceae seperti tomat, cabai, dan Cucurbitaceae seperti mentimun). Pergiliran tanaman harus per hamparan, tidak perorangan, serentak dan seluas mungkin,
- Sanitasi lingkungan, terutama mengendalikan gulma berdaun lebar babadotan dan ciplukan yang dapat menjadi tanaman inang virus,
- Pengaturan jarak tanam yang tidak terlalu rapat.
b. Fisik/Mekanik
- Penggunaan perangkap likat berwarna kuning sebanyak 40 buah per hektar atau 2 buah per 500 m2 di pasang di tengah pertanaman dengan ketinggian + 50 cm (sedikit di atas tajuk tanaman) sejak tanaman berumur 2 minggu. Setiap minggu perangkap diolesi dengan oli atau perekat.
- Pemasangan kelambu di pembibitan dan tanaman barrier dilapangan (terutama untuk tanaman bawang merah dan cabai),
- Sisa tanaman yang terserang dikumpulkan dan dibakar.
c. Biologi
- Pemanfaatan musuh alami parasitoid Aphidius sp., dan Aphelinus sp., predator kumbang Coccinella transversalis, Menochillus sexmaculata, Chrysopa sp., larva syrphidae, Harmonia octomaculata, Microphis lineata, Micoromus pusillus, Veranius sp., dan pathogen Entomophthora sp., Verticillium sp.
d. Kimiawi
- Jika saat pengamatan ditemukan 7 ekor kutu daun /10 tanaman contoh atau persentase kerusakan oleh serangan hama pengisap telah mencapai 15% per tanaman contoh dianjurkan menggunakan insektisida kimia sintetik yang terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian, misalnya yang berbahan aktif profenofos, deltametrin, abamektin, sipermetrin dan imidakloprid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar