Translate

Selasa, 13 Mei 2014

KUTU KEBUL VEKTOR VIRUS PADA CABAI

1.  Kutu Kebul (Bemisia tabaci)
Ordo : Hemiptera; Famili : Aleyrodidae;  Genus : Bemisia; Species : tabaci. Mound dan Halsey (1978) melaporkan, bahwa Genus Bemisia mempunyai 37 spesies yang diduga berasal dari Asia. 
 
Morfologi /Bio-ekologi
Telur berbentuk lonjong agak lengkung seperti pisang, berwarna kuning terang, berukuran panjang antara 0,2 - 0,3 mm.   Telur biasanya diletakkan di permukaan bawah daun, pada daun teratas (pucuk).  Serangga betina lebih menyukai daun yang telah terinfeksi virus mosaik kuning sebagai tempat untuk meletakkan telurnya daripada daun sehat.  Rata-rata banyaknya telur yang diletakkan pada daun yang terserang virus adalah 77 butir, sedangkan pada daun sehat hanya 14 butir.  Lama stadium telur rata-rata 5,8 hari.
 
Nimfa terdiri atas tiga instar.  Instar ke - 1 berbentuk bulat telur dan pipih, berwarna kuning kehijauan, dan bertungkai yang berfungsi untuk merangkak.  Nimfa instar ke - 2 dan ke - 3 tidak bertungkai, dan selama masa pertumbuhannya hanya melekat pada daun.  Lama stadium nimfa rata-rata 9,2 hari.
 
Imago atau serangga dewasa tubuhnya berukuran kecil antara (1 - 1,5 mm), berwarna putih, dan sayapnya jernih ditutupi lapisan lilin yang bertepung.  Serangga dewasa biasanya berkelompok pada bagian permukaan bawah daun, dan bila tanaman tersentuh biasanya akan berterbangan seperti kabut atau kebul putih (Gambar 5).  Lama siklus hidup (telur - nimfa - imago) kutu kebul pada tanaman sehat rata-rata 24,7 hari, sedangkan pada tanaman terinfeksi virus mosaik kuning hanya 21,7 hari.
 
Gejala Serangan
1.Kerusakan langsung pada tanaman disebabkan oleh imago dan nimfa yang mengisap cairan daun, berupa gejala becak nekrotik pada daun akibat rusaknya sel-sel dan jaringan daun.
2. Ekskresi  kutu kebul menghasilkan madu yang merupakan media yang baik untuk tempat tumbuhnya embun jelaga yang berwarna hitam.  Hal ini menyebabkan proses fotosintesa tidak berlangsung normal.3.Selain kerusakan langsung oleh isapan imago dan nimfa, kutu kebul sangat berbahaya karena dapat bertindak sebagai vektor virus. Sampai saat ini tercatat 60 jenis virus yang ditularkan oleh kutu kebul antara lain : Geminivirus, Closterovirus, Nepovirus, Carlavirus, Potyvirus, Rod-shape DNA Virus. 
 
Tanaman Inang
  1. Kutu kebul merupakan hama yang sangat polifag menyerang berbagai jenis tanaman, antara lain tanaman hias, sayuran, buah-buahan maupun tumbuhan liar atau gulma.
  2. Tanaman inang utama kutu kebul sekitar 67 famili yang terdiri atas 600 spesies tanaman (Asteraceae, Brassicacea, Cucurbitacea, Solanaceae, dll).
  3. Beberapa contoh tanaman budidaya yang menjadi inang kutu kebul antara lain tomat, cabai, kentang, mentimun, terung, kubis, buncis, selada, bunga potong Gerbera, ubi jalar, singkong, kedelai, tembakau, lada; dan tanaman liar yang paling disukai adalah babadotan (Ageratum conyzoides).
 
Daerah Penyebaran
Kutu kebul diduga berasal dari Asia. Pada tahun 1938 dilaporkan menyerang tanaman tembakau di Sumatera Utara, dan pada tahun 1994 dilaporkan menyerang tanaman cabai di sentra produksi di Pulau Jawa.•  Penyebaran di berbagai negara di dunia, telah tercatat seperti di Asia 37 negara; Afrika 39 negara; Eropa 26 negara; Amerika 30 negara; dan di Oceania 14 negara.
 
Pengendalian Di lapangan :
a.     Kultur teknis
  • Menanam pinggiran lahan dengan tanaman jagung atau bunga matahari sebagai barier  dan memperbanyak populasi agens hayati;
  • Pergiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman bukan inang virus (terutama bukan famili Solanaceae seperti tomat, cabai, kentang dan Cucurbitaceae seperti mentimun).  Pergiliran tanaman harus per hamparan, tidak perorangan, serentak dan seluas mungkin;
  • Sanitasi lingkungan, terutama mengendalikan gulma daun lebar babadotan dan ciplukan yang dapat menjadi tanaman inang virus;
  • Tumpang sari antara tanaman sayuran, cabai atau tomat dengan tagetes untuk mengurangi risiko serangan;
 
b.     Fisik / mekanis

Pemasangan perangkap likat berwarna kuning (40 buah per ha);
Pemasangan kelambu di pembibitan  sampai di pertanaman, terutama saat populasi tinggi/musim kemarau dan di daerah serangan virus;Sisa tanaman terserang dikumpulkan dan dibakar.

c.   Pemanfaatan musuh alami
•Kumbang predator Menochilus sexmaculatus (Coccinelidae), mampu memangsa 200 - 400 ekor nimfa kutu kebul .  Siklus hidup predator 18 - 24 hari, dan satu ekor betina mampu menghasilkan telur 3000 butir;
•Tabuhan parasitoid nimfa Encarcia formosa serangga betinanya mampu menghasilkan telur sebanyak 100 - 200 butir;  

Cara pelepasan E. formosa :
untuk tanaman cabai/tomat : 1 ekor E. formosa setiap 4 tanaman/minggu, dilakukan selama 8 - 10 minggu;
untuk tanaman mentimun : 1 ekor E. formosa setiap 2 tanaman/minggu, dilakukan selama 8 - 10 minggu;
Untuk meningkatkan musuh alami dilapangan diperlukan pelepasan parasitoid dan predator secara berkala
 
d.   Cara kimiawi
·        Dalam hal cara lain tidak dapat menekan populasi hama, dapat digunakan insektisida yang efektif (pada prinsipnya agar mengikuti ketentuan seperti yang diuraikan pada halaman 32 butir d), terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian RI, antara lain yaitu Applaud 10 WP (buprofesin 10%), Confidor 5 WP (imidakloprid 5%), Mitac 200 EC (amitraz 200 g/l), dan Orthene 75 SP (asefat 75%);

·        Penyemprotan diusahakan mengenai daun bagian bawah.  Perlu dihindari penggunaan pestisida secara berlebihan, karena dapat mendorong meningkatnya populasi hama;
·        Penggunaan pestisida nabati Nimba, Tagetes, Eceng Gondok, atau Rumput Laut untuk mengendalikan kutu kebul. 
·        Untuk mendukung keberhasilan usaha pengendalian, diperlukan peran aktif para petani dalam mengamati perkembangan populasi kutu kebul mulai di pembibitan sampai pertanaman.  Usaha pengendalian akan efektif apabila dilaksanakan secara serentak pada satu hamparan, tidak perorangan dalam skala yang sempit.
 
Di rumah kaca
a. Pengendalian biologi
Kalau memungkinkan dilakukan pelepasan serangga tabuhan E. formosa sebagai parasit nimfa sebanyak 5 ekor/tanaman tomat; dan kumbang predator M. sexmaculatus;Tingkat parasitasi mencapai 40 - 50 %, dan daerah sebarnya di Pulau Jawa dan Bangka (Kalshoven, 1981);Parasit nimfa E. formosa sangat peka terhadap insektisida;
b. Pengendalian fisik / mekanik

Sisa tanaman terserang dimusnahkan    /dibakar di tempat terpisah/khusus supaya tidak menjadi sumber penularan ke tanaman lain;Pemasangan perangkap  likat kuning baik jumlah maupun ketinggiannya disesuaikan  dengan luas rumah kaca dan keadaan pertanamannya;

c. Pengendalian kimia
Untuk pengendalian kutu kebul dewasa pada kondisi populasi tinggi, dapat dilakukan pengasapan dengan insektisida kimia sintesa efektif dan diizinkan Menteri Pertanian, antara lain Mitac 200 EC (amitraz) yang dapat diaplikasikan dengan fogger (campuran larutan semprot solar); sedangkan Applaud 10 WP (buprofesin 10%), Confidor 5 WP (imidakloprid 5%), dan Orthene 75 SP (asefat 75%) tidak dianjurkan digunakan dengan larutan semprot solar; Pada kondisi populasi rendah, dapat digunakan pestisida nabati Nimba, Tagetes, Eceng Gondok, atau Rumput Laut untuk mengendalikan kutu kebul.
Pencegahan Selanjutnya perlu dijaga jangan sampai terjadi serangan baru kutu kebul ke dalam rumah kaca.

Senin, 26 Agustus 2013

Penggerek Umbi Kentang (Phthorimaea operculella)



Ordo: Lepidoptera; Famili: Gelechiidae

Gejala serangan
Gejala serangan pada daun adalah jaringan epidermis daun yang melipat  engan warna merah kecoklatan atau bening transparan membentuk gulungan – gulungan. Kalau lipatan ini dibuka, ada jalinan benang dan terdapat larva  idalamnya. Gulungan daun ini sering juga ditemukan pada bagian pucuk (titik tumbuh). Apabila tidak dikendalikan, intensitas kerusakan dapat mencapai  hampir 100% terutama pada musim kemarau. Gejala serangan pada umbi adalah adanya sekelompok kotoran berwarna putih kotor sampai merah tua pada kulit umbi. Bila umbi di belah kelihatan larva dan lubang korok (saluran) yang dibuat oleh larva sewaktu memakan daging umbi. Kerusakan berat sering terjadi pada umbi kentang untuk bibit yang disimpan di dalam gudang selama 3 – 5 bulan .

Inang Lainnya
Tomat, datura, bit, terung, dan tembakau

Morfologi/Bioekologi
Serangga dewasa berupa ngengat kecil yang berwarna coklat kelabu, ngengat aktif pada malam hari. Pada siang hari ngengat bersembunyi di bawah helaian
daun atau pada rak – rak penyimpanan umbi di gudang kentang. Seekor ngengat betina mampu menghasilkan telur sebanyak + 98 butir. Lama stadia telur berkisar antara 10 – 16 hari. Telur berukuran kecil agak lonjong, berwarna putih
kekuningan dan biasanya diletakkan pada permukaan bawah daun, pada batang atau di atas umbi yang tersembul di permukaan tanah. Digudang penyimpanan,
telur hampir selalu di letakkan di atas umbi. Lama stadia telur 5 – 11 hari.
Larva berwarna putih kelabu dengan kepala coklat tua. Permukaan atas (dorsal) memiliki bayangan hijau terang atau merah muda. Larva memakan permukaan
atas daun dan cabang atau melipat daun dan hidup dibawah epidermis daun. Larva juga melubangi umbi di kebun dan di gudang kentang. Lama hidup 21 – 35 hari. Panjang larva sekitar 1 cm . Pupa (kepompong) terdapat dalam kokon yang
tertutup butiran tanah berwarna kecoklatan. Di gudang pupa menempel pada bagian luar umbi (biasanya disekitar mata tunas) atau pada rak – rak penyimpanan kentang. Lamanya daur hidup 4 – 6 minggu .

Pencaran
Di dunia hama ini telah masuk di benua Eropa, Asia, Afrika, Amerika Selatan, Amerika Utara dan Oceania. Di Indonesia hama ini di laporkan terdapat diseluruh wilayah seperti di pulau Sumatera, Jawa, Bali, NTB, NTT, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya.



Pengendalian
a. Kultur Teknis
- Penggunaan varietas tahan seperti varietas Granola, Cipanas, dan Desiree
- Pemilihan umbi bibit yang sehat dan bebas dari serangan P. operculella.
- Pembuatan guludan setinggi 40 cm untuk menutupi umbi kentang yang terbuka di permukaan tanah akan menghindari peletakan telur pada umbi oleh ngengat. Telur ngengat yang terbawa umbi menyebabkan hama ini berkembang di gudang.
- Menggunakan mulsa jerami atau mulsa plastic hitam perak di guludan sehingga dapat menghalau serangan P. operculella dimana mulsa plastic dapat menghalangi imago P. operculella mencapai tanah pada saat akan menjadi pupa.

b. Fisik/Mekanik
- Pemasangan feromonoid seks dilapangan sebanyak 40 buah perangkap/ha, dan jika dalam gudang penyimpanan 2 buah perangkap/10 m2.
- Daun yang terserang penggerek umbi dipetik, dikumpulkan dalam kantung plastik kemudian dimusnahkan (dikubur atau dibakar bersama plastiknya). Ulat pemakan daun dikumpulkan dan dimusnahkan.
c. Biologi
- Pemanfaatan musuh alami seperti parasitoid Pristomerus sp., Apanteles sp., Temelucha sp., predator Copidosoma sp., dan patogen serangga Erynia aphitis
d. Kimia
- Jika populasi larva P. operculella telah mencapai ambang kendali (25 ngengat / trap pada MH, 100 ngengat / trap pada MK atau 20 larva / 10 tanaman contoh), tanaman kentang disemprot dengan insektisida kimia sintetik yang terdaftar
dan diizinkan oleh Menteri Pertanian apabila pengendalian lain tidak mengurangi intensitas serangan hama, misalnya yang berbahan aktif spinosad, profenofos, dan beta sipermetrin.prevathon dari dupount