Translate

Sabtu, 20 Juli 2013

Hama Utama Pada Bawang Merah : Ulat Bawang

Ulat Bawang (Spodoptera exigua Hubner.) 
Ordo : Lepidoptera; Famili : Noctuidae

Gejala serangan:
Ulat bawang dapat menyerang tanaman sejak fase pertumbuhan awal (1-10 hst) sampai dengan fase pematangan umbi (51-65 hst) . Ulat muda (instar 1) segera melubangi bagian ujung daun, lalu masuk kedalam daun bawang. Ulat memakan permukaan daun bagian dalam, dan tinggal bagian epidermis luar. Daun bawang terlihat menerawang tembus cahaya atau terlihat bercak-bercak putih transparan, akhirnya daun terkulai.

Tanaman inang lain:
Hama ini bersifat polifag lebih dari 200 jenis tanaman menjadi inangnya, seperti buah – buahan dan sayuran . Pada tanaman sayur an selain bawang antara lain terdapat pada bawang daun, asparagus, bit, brokoli, bawang putih, kucai, cabai, kentang, tomat , lobak, bayam.  

Tanaman lainnya selain sayuran diantaranya :
kapas, padi, jagung, kacang-kacangan seperti kacang tanah dan kedelai, jeruk, dan melon. Morfologi/Bioekologi Imago betina meletakkan telur pada daun bawang merah secara berkelompok dan ditutupi oleh bulu-bulu atau sisik dari induknya. Tiap kelompok telur maksimum terdapat 80 butir. Jumlah telur yang dihasilkan seekor betina sekitar 1.000 butir. Telur berwarna putih, berbentuk bulat sampai bulat telur (lonjong) dengan ukuran sekitar 0,5 mm. Setelah 2-6 hari telur menetasmenjadi larva Larva (ulat) muda terdiri dari enam instar kadang ada juga yang lima instar. Larva berwarna hijau dengan garis-garis hitam pada punggungnya, berukuran 1,2 – 1,5 mm. Sedangkan larva instar lanjut (2-5), berwarna hijau (umumnya didataran rendah) dan berwarna cokelat (umumnya didataran tinggi), dengan garis kuning pada punggungnya. Larva berukur an antara 1,5 – 19 mm, aktif pada malam hari, dan stadium larva berlangsung selama 8-10 hari. Setelah melalui instar akhir, larva mejatuhkan diri ke tanah untuk berkepompong (pupa). Larva S.exigua mempunyai sifat polifag (pemakan segala) Pupa berwarna cokelat muda dengan panjang 9-11mm. Pupa berada di dalam tanah ± 1 cm, dan sering dijumpai juga pada pangkal batang, terlindung di bawah daun kering. Lama hidup pupa berkisar antara 6 – 7 hari.Siklus hidup dari telur sampai imago adalag 3 – 4minggu. Ngengat mempunyai sayap depan berwarna cokelat tua dengan garis-garis kurang tegas dan terdapat bintik-bintik hitam, rentangan sayap antara 25-30 mm. Sayap belakang berwarna keputih-putihan dan tepinya bergaris-garis hitam. Ngengat betina mulai bertelur padaumur 2-10 hari.

Pencaran
Di dunia hama ini dilaporkan ada di Asia, Eropa, Afrika, Australia, dan Amerika utara. Di Indonesia hama ini di laporkan terdapat di seluruh wilayah seperti di pulau Sumatera, Jawa, Bali, NTB, NTT, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya.

Pengendalian
a. Kultur Teknis
-Menanam varietas toleran, seperti varietas Kuning dan Bima , Penerapan pola tanam yang meliputi pengaturan waktu tanam, pergiliran tanaman, tanam serentak,dan tumpang sari.
-Sanitasi/pengendalian gulmadisekitar pertanaman
-Pengolahan tanah yang sempurna
-Pengelolaan air yang baik
-Pengaturan jarak tanam

b. Fisik/Mekanik
-Mengumpulkan kelompoktelur dan ulat bawang lalu dibutit (dimasukkan dalam kantong plastik dan diikat), terutama pada saat tanaman bawang merah berumur 7 – 35 hari kemudian dimusnahkan.
- Memasang lampu perangkap (neon 7 – 10 watt jumlah sekitar 25 – 30 buah/ha), mulai dari 1 minggu sebelum tanam sampai menjelang panen (± 60 hari), dari pukul 18.00 – 06.00. Ketinggian lampu 10 – 15cm (dari permukaan tempat air s.d. pucuk tanaman) sedangkan mulut bak perangkap tidak boleh lebih dari 40 cm diatas pucuk tanaman. Jarak antar lampu 20 m x 15 m.
-Pemasangan perangkap feromonoid seks dipasang sebanyak 40 buah/ha untuk menangkap ngengat S. exigua segera setelah tanaman bawang merah ditanam.
-Penggunaan sungkup kain kasa untuk menekan populasi telur dan larva serta intensitas kerusakan tanaman serta secara tidak langsung juga mampu meningkatkan jumlah anakan, tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah umbi bawang merah. -Pemasangan kerodong/kelambu :1 hst sampai ± 1 minggu sebelum panen. Kebutuhan kelambu ± 5.500 m/ha (digunakan untuk 10 kali tanam.Tinggi kelambu 1,5 – 1,75 m.

c. Biologi
-Menggunakan parasitoid S. exigua seperti Telenomus spodopterae , Eriborus sinicus , Apanteles sp, Trichogramma sp, Diadegma sp., Cotesia sp., Chaprops sp., Euplectrus sp., Stenomesius japonicus ,Microsplitis similes, Steinernema sp .,dan Peribaea sp. Patogen serangga antara lain Mikrosporidia SeNPV ,Bacillus thuringiensis , Paecilomyces farinosus , Beauveria bassiana , Metarrhizium anisopliae, Nomuraea rileyi , Erynia spp. Predator antara lain Carabidae.

d. Kimia
- Aplikasi pestisida kimia sintetik apabila hasil pengamatan telah mencapai atau melampaui 1 kelompok telur/10 rumpun contoh atau 5% daun terserang/rumpun contoh (pada musim kemarau) atau 3 kelompok telur/10 rumpun contoh atau 10% daun terserang/rumpun contoh (pada musim penghujan) dapat diaplikasik an dengan insektisida yang terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian, misalnya yang berbahan aktif sipermetrin deltametrin, beta siflutrin, dan spinosad. 

bersambung

Senin, 15 Juli 2013

Hama Utama Pada Cabai atau Cabe : Kutu Kebul (Bemisia tabaci)

Kutu Kebul (Bemisia tabaci)
Ordo : Homoptera; Famili : Aleyrodidae
kutu kebul
hama tanaman sayuran

Gejala Serangan
Add caption
Kerusakan langsung pada tanaman disebabkan oleh imago dan nimfa yang menghisap cairan daun,berupa gejala becak nekrotik pada daun akibat rusaknya sel – sel dan jaringan daun. Eksresi kutu kebul menghasilkan madu yang merupakan media yang baik untuk tempat tumbuhnya embun jelaga yang berwarna
hitam. Hal ini menyebabkan proses fotosintesa tidak berlangsung normal.Selain kerusakan langsung oleh isapan imago dan nimfa, kutu kebul sangat berbahaya karena dapat bertindak sebagai vektor virus. Sampai saat ini tercatat 60 jenis virus yang ditularkan oleh kutu kebul antara lain : Geminivirus, Closterovirus, Nepovirus, Carlavirus, Potyvirus, Red-shape DNA Virus.

Tanaman Inang Lain
Kutu kebul merupakan hama yang sangat polifag menyerang berbagai jenis tanaman, antara lain tanaman hias, sayuran, buah – buahan maupun tumbuhan liar atau gulma. Tanaman inang utama kutu kebul sekitar 67
famili yang terdiri atas 600 spesies tanaman (Asteraceae, Brassicaceae, Cucurbitaceae, Solanaceae, dll). Beberapa contoh tanaman budidaya yang menjadi inang kutu kebul antara lain kentang, kubis, tomat, mentimun, terung, buncis, selada, bunga potong, ubi jalar, singkong, kedelai, tembakau, lada, mangga, dan tanaman liar yang paling disukai adalah babadotan (Ageratum conyzoides).

Morfologi/Bioekologi
Telur berbentuk lonjong agak lengkung seperti pisang, berwarna kuning terang, berukuran panjang antara 0,2 – 0,3 mm, yang biasanya diletakkan dipermukaan bawah daun, pada daun teratas (pucuk) . Serangga betina lebih menyukai daun yang telah terinfeksi virus mozaik kuning sebagai tempat untuk meletakkan telurnya daripada daun sehat. Rata – rata banyaknya telur yang diletakkan pada daun yang terserang virus adalah 77 butir, sedangkan pada daun sehat hanya 14 butir. Betina umumnya mampu menghasilkan telur sekitar 160 butir dan akan menetas antara 5 – 9 hari tergantung inang spesies, temperatur dan kelembaban udara. Nimfa terdiri atas tiga instar. Instar ke-1 berbentuk bulat telur dan pipih, berwarna kuning kehijauan, dan bertungkai yang berfungsi untuk merangkak. Nimfa instar ke-2 dan ke-3 tidak bertungkai, dan selama masa pertumbuhannya hanya melekat pada daun. Lama stadium nimfa rata – rata 9,2 hari. Imago tubuhnya berukuran kecil antara 1 – 1,5 mm, berwarna putih, dan sayapnya jernih ditutupi lapisan lilin yang bertepung . Serangga dewasa biasanya berkelompok pada bagian permukaan daun, dan bila tanaman tersentuh biasanya akan berterbangan seperti kabut atau kebul putih. Lama siklus hidup (telur – nimfa – imago) kutu kebul pada tanaman sehat rata – rata 24,7 hari, sedangkan pada tanaman terinfeksi virus mosaik kuning hanya 21,7 hari.

Pencaran
Di dunia hama ini telah ada di benua Asia, Afrika, Eropa, Oceania dan Amerika. Di Indonesia hama ini di
laporkan terdapat di seluruh pulau antara lain Sumatera, Jawa, Bali, NTB. NTT Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya.

Pengendalian
a. Kultur teknis
- Menanam pinggiran lahan dengan tanaman jagung, tagetes, orok – orok dan kacang panjang sebagai barier dan memperbanyak populasi agens hayati,
- Pergiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman bukan inang virus (terutama bukan famili Solanaceae seperti tomat, cabai, kentang, dan Cucurbitaceae seperti mentimun). Pergiliran tanaman harus per hamparan, tidak perorangan, serentak dan seluas mungkin,
- Sanitasi lingkungan, terutama mengendalikan gulma berdaun lebar babadotan dan ciplukan yang dapat menjadi tanaman inang virus,
- Tumpang sari antara tanaman sayuran, cabai atau tomat dengan tagetes untuk mengurangi risiko serangan,
- Pengaturan jarak tanam yang tidak terlalu rapat.

b. Fisik/Mekanik
- Pemasangan perangkap likat berwarna kuning (40 buah per ha),
- Pemasangan kelambu di pembibitan dan tanaman barrier dilapangan ,
- Sisa tanaman yang terserang dikumpulkan dan dimusnahkan.

c. Biologi
- Pemanfaatan musuh alami seperti parasitoid Encarcia formosa, Eretmocerus corni, predator Coccinella septempunctate, Coenosia attenuate, Delphastus pusillus, Deracocoripallens, Euscius hibisci, Fransklinothrips vespiformis, Scymus syriacus, dan patogen serangga seperti: Entomophthora, Eretmocerus, Paecilomyces
farinorus, Beauveria bassiana, Bacillus thuringiensis, Metarhizium anisopliae, Verticillum sp.
- Penggunaan pestisida nabati Nimba, Tagetes, Eceng Gondok, atau Rumput Laut.

d. Kimiawi
- Jika saat pengamatan ditemukan 7 ekor kutu daun /10 tanaman contoh atau persentase kerusakan oleh serangan hama pengisap telah mencapai 15% per tanaman contoh dianjurkan menggunakan pestisida kimia sintetik yang terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian, misalnya yang berbahan aktif seperti diafentiuron, dan tiametoksam.


Sabtu, 13 Juli 2013

HAMA UTAMA PADA CABE : Lalat buah (Bactrocera sp.)

 Lalat buah (Bactrocera sp.)
Ordo : Diptera; Famili : Tephritidae

Gejala serangan
Buah yang terserang ditandai oleh lubang titik coklat kehitaman pada bagian pangkalnya, tempat serangga dewasa memasukkan telur. Umumnya telur diletakkan pada buah yang agak tersembunyi dan tidak terkena sinar matahari langsung. Larva membuat saluran/gerekan di dalam buah dengan memakan daging buah serta menghisap cairan buah dan dapat menyebabkan terjadi infeksi oleh OPT lain, seperti bakteri dan cendawan. Buah menjadi busuk dan biasanya dapat gugur. Serangan pada buah yang belum matang akan mengakibatkan buah matang prematur dan tidak memenuhi standar mutu.

Tanaman inang lain
Lebih dari seratus jenis tanaman hortikultura terutama pada tanaman buah dan sayuran yang menjadi inangnya antara lain: pada sayuran ketimun, tomat, gambas, paria dan buah – buahan seperti jambu air, jambu biji, belimbing, mangga, pisang, nangka, jeruk, alpukat, apel, rambutan, dan melon.

Morfologi/Bioekologi
Lalat buah yang menyerang cabai umumnya spesies Bactrocera dorsalis Hendel. Serangga dewasa mirip lalat rumah berukuran panjang sekitar 0,7 mm dan rentang sayap antara 13 – 15 mm. Toraks berwarna jingga, merah kecoklatan, coklat, atau hitam dan terdapat dua garis membujur. Sayap transparan. Pada abdomen
terdapat dua garis melintang dan satu garis membujur sehingga seolah – olah membentuk huruf T. Pada lalat
betina ujung abdomen lebih runcing dan dilengkapi dengan alat peletak telur atau ovipositor yang cukup kuat
untuk menembus kulit buah. Serangga betina dapat meletakkan telur 1 – 40 butir/buah/hari, dan seekor betina dapat menghasilkan telur 1200 – 1500 butir. Siklus hidup di daerah tropis sekitar 25 hari. Imago banyak ditemukan pada siang atau sore hari terbang di sela – sela tanaman Telur berwarna putih bening sampai kuning krem,dan berubah menjadi lebih tua mendekati saat menetas.Berbentuk bulat panjang seperti pisang dengan ujung meruncing, berukuran panjang 1,2 mm, lebar 0,2 mm yang diletakkan secara berkelompok 2 – 15 butir di bawah kulit buah. Stadium telur 2 hari. Larva terdiri dari 3 instar berbentuk belatung/bulat panjang dengan salah satu ujungnya (kepala) runcing dengan 2 bintik hitam yang jelas merupakan alat kait mulut, mempunyai 3 ruas torak abdomen, berwarna putih kekuning – kuningan dengan panjang sekitar 10 mm. Larva menetas di dalam buah cabai. Larva instar 3 mempunyai kemampuan meloncat dan melenting keluar dari dalam buah dan menjatuhkan diri ke tanah, membentuk puparium dari kulit larva terakhirnya dan menjadi pupa di dalam tanah. Stadium larva 6 – 9 hari. Pupa (kepompong) lalat buah berwarna coklat, berbentuk oval dengan panjang sekitar 5 mm. Pupa berumur sekitar 4 - 10 hari dan menjadi serangga dewasa. Pupa dapat ditemukan di dalam tanah di dekat buah jatuh dengan kedalaman antara 8 – 16 cm.

Pencaran
Di dunia dilaporkan hama ini terdapat di Asia, Amerika, Afrika dan Australia. Saat ini terdapat 4000 spesies lalat buah, yang terbagi dalam 500 genus, dan yang sudah diketahui dalam Dorsalis kompleks saat ini sebanyak 82 spesies lalat buah. Di Indonesia Hama ini di laporkan telah ada di seluruh wilayah seperti di pulau Sumatera, Jawa, Bali, NTB, NTT, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya.

Pengendalian
a. Kultur Teknis
- Menggunakan varietas tahan seperti varietas hot pepper 002 dan Tuban (Moekasan, 2006) - Pencacahan (pembongkaran) tanah sekitar tanaman agar kepompong yang berada di dalam tanah terkena sinar matahari, terganggu hidupnya dan akhirnya mati,
- Sanitasi kebun bertujuan untuk memutus daur hidup lalat buah, sehingga perkembangan lalat buah dapat ditekan. Buah yang jatuh dikumpulkan kemudian dimusnahkan dan dibakar atau dikubur.

b. Fisik/Mekanis
- Penggunaan perangkap yang terbuat dari plastik/botol air mineral yang sudah dipasang atraktan seperti Metil Eugenol (ME) atau minyak Melaleuca brachteata (MMB) dan minyak selasih dengan dosis 1 ml/perangkap dan dapat dicampur dengan pestisida dan diteteskan pada kapas ( + 16 buah/ha). Perangkap dipasang pada cabang pohon setinggi 2 – 3 m dari permukaan tanah atau pada ketinggian tajuk terendah dari tanaman di mana perangkap dipasang Setiap 2 minggu atraktan diganti. - Tumpang sari tanaman cabai dengan kubis atau tomat dapat menekan populasi B. dorsalis dan pengaturan jarak tanam yang tidak terlalu rapat.
 - Pengasapan, caranya dengan cara membakar serasah/jerami untuk mengusir lalat buah yang datang ke pertanaman. Pengasapan efektif dilakukan selama 3 hari dan jika dilakukan selama 13 jam terus menerus dapat membunuh lalat buah. 

c. Biologi
- Pemanfaatan musuh alami parasitoid famili Braconidae (Biosteres sp., Opius sp.), Aceratoneuromyia indica, predator famili Formicidae (semut), Orius insidiosus, Solenopsis geminate, Arachnidae (laba – laba), Staphylinidae (kumbang), Dermaptera (cocopet), Chrysoperta carnea, dan patogen serangga Bacillus thuringiensis.

d. Pengendalian dengan Peraturan
- Menerapkan Peraturan Karantina antar area/wilayah/negara yang ketat untuk tidak memasukkan buah/sayur yang terserang dari daerah endemis (baca PERMENTAN No.37/2006 tentang syarat dan tindakan karantina untuk pemasukan buah dan sayuran buah ke wilayah Indonesia).e. Kimiawi
- Menggunakan pestisida kimia sintetik yang terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian, misalnya yang berbahan aktif profenofos, deltametrin, beta siflutrin dan imidakloprid.

Jumat, 12 Juli 2013

HAMA UTAMA PADA CABE / CABAI : Trips Cabai, Thrips parvispinus (Karny.)

2. Trips Cabai, Thrips parvispinus (Karny.)

Ordo : Thysanoptera ; Famili : Thripidae

Gejala serangan
Dampak langsung serangan : Gejala awal pada permukaan bawah daun berwarna keperak – perakan mengkilat, dan pada serangan lanjut daun akan berwarna coklat, hingga proses metabolisme akan terganggu. Selanjutnya pada daun akan menjadi keriting dan keriput . Pada serangan berat, daun, pucuk serta tunas menggulung ke dalam dan timbul benjolan seperti tumor dan pertumbuhan tanamanterhambat, kerdil bahkan pucuk mati. Serangan pada buah menimbulkan bercak – bercak kecoklatan pada pangkal buah, sehingga kualitas buah sangat menurun. 
Dampak secara tidak langsung : Trips merupakan vektor penyakit virus mosaik dan virus keriting. Gejala serangan awal timbul akibat hama menghisap cairan permukaan bawah daun dan atau bunga ditandai oleh bercak – bercak keperakan mengkilat, daun akan menjadi keriting atau keriput. Jika serangan terjadi pada awal pertanaman maka akan terjadi gejala fatal berupa penyakit kerdil (dwarfing) dan pada akhirnya layu dan kemudian akan mati.

Tanaman inang lain
Hama ini bersifat kosmopolit dan polifag, dengan tanaman inang utama sayuran dari keluarga bawang (Allium spp.), keluarga Solanaceae (kentang, tomat, dan terung), Brassica (kubis), kacang – kacangan. Tanaman
inang lain selain sayuran yaitu tembakau, kapas, krisan, dan berbagai tanaman hias, dan buah – buahan (pepaya,jeruk, dan melon) 

Morfologi/Bioekologi
Imago berukuran sangat kecil sekitar 1 mm, berwarna kuning sampai coklat kehitaman. Imago yang sudah tua berwarna agak kehitaman, berbercak – bercak merah atau bergaris – garis. Betina mempunyai 2
pasang sayap yang halus dan berumbai/jumbai seperti sisir bersisi dua. Pada musim kemarau populasi lebih
tinggi dan akan berkurang bila terjadi hujan lebat. Umur stadium serangga dewasa dapat mencapai 20 hari.
Telur berbentuk oval/seperti ginjal rata – rata 80 butir per induk. Telur berbentuk oval/seperti ginjal rata –
rata 80 butir per induk, diletakkan di permukaan bawah daun atau di dalam jaringan tanaman secara terpencar,akan menetas setelah 3 – 8 hari. Nimfa berwarna pucat, putih/kekuningan, instar 1 dan 2 aktif dan tidak bersayap . Nimfa yang tidak aktif berada di permukaan tanah sekitar tanaman. Perkembangan pupa menjadi trips muda meningkat pada kelembaban relatif rendah dan suhu relatif tinggi. Daur hidup sekitar 20 hari, di dataran rendah 7 – 12 hari, Hidup berkelompok.

Pencaran
Di dunia hama ini untuk sementara hanya terdapat di benua Eropa dan Asia. Di Indonesia hama ini di
laporkan terdapat hampir di seluruh wilayah antaralain di pulau Sumatera, Jawa, Bali, NTB, NTT, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya.

Pengendalian
a. Kultur teknis
- Menggunakan varietas tahan seperti varietastanjung 2 
- Penggunaan mulsa perak di dataran tinggi, dan jerami di dataran rendah untuk mengurangi infestasi serangga pengisap daun dan mengurangi gulma.Penggunaan mulsa plastik perak di guludan dapat menghalau serangan Trips karena adanya refleksi cahaya matahari yang dipantulkan mulsa, sehingga menunda serangan Thrips yang biasanya terjadi pada umur 14 hari setelah tanam (hst) menjadi 41 hst, selain itu juga mulsa plastik dapat menghalangi Trips mencapai tanah pada saat akan menjadi pupa. - Populasi hama biasanya meningkat pada musim kemarau pada kondisi cuaca kering. Thrips tidak menyukai kondisi lingkungan yang lembab. Pengairan yang cukup merupakan salah satu cara pengendalian yang tepat untuk Thrips. Misalnya
mempertahankan permukaan air diparit pada ketinggian 15 – 20 cm dari permukaan bedengan
untuk menciptakan kondisi lingkungan yang lembab disekitar tanaman.

b. Fisik/Mekanis
- Membakar sisa jerami/mulsa yang dipakai selama pertanaman.
- Mengambil Trips dengan menggunakan kapas/Cotton bud,
- Penggunaan perangkap likat warna biru, putih, atau kuning, sebanyak 40 buah per hektar atau 2 buah per 500 m2 dipasang di tengah pertanaman dengan ketinggian + 50 cm (sedikit di atas tajuk tanaman) sejak tanaman berumur 2 minggu. Setiap minggu perangkap diolesi dengan oli atau perekat.
- Menanam tanaman penghalang (barrier) misalnya jagung di sekeliling pertanaman cabai (5-6 baris) dengan jarak tanam rapat 15 – 20 cm yang di tanam 2 – 3 minggu sebelum tanam cabai untuk mengurangi masuknya Trips ke lahan pertanaman. Tanaman border lainnya antara lain tagetes, orok – orok, dan kacang panjang,
- Tumpang sari tanaman cabai dengan kubis atau tomat dapat menekan populasi T. parvispinus, B.
tabaci dan B. dorsalis dan pengaturan jarak tanam yang tidak terlalu rapat.

c. Biologi
- Pemanfaatan musuh alami predator kumbang Coccinella rapanda, Menochilus sexmaculatus, Amblyseius cucumeris, Paederus fuscipes, Orius minutes, Chilomenes sexmaculatus, Chilocorus nigrita, dan Scymnus latermacullatus. Jamur patogen Verticillium lecani (konsentrasi 3 x 108 spora/ml) dan Entomophthora sp.

d. Kimia
- Jika saat pengamatan ditemukan 0,7 ekor kutu daun /tanaman contoh (7 ekor nimfa/10 daun) atau persentase kerusakan oleh serangan hama pengisap telah mencapai 15% per tanaman contoh dianjurkan menggunakan pestisida kimia sintetik yang terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian, misalnya yang berbahan aktif abamectin, spinosad, imidakloprid, karbosulfan dan diafentiuron.